5 Objek Wisata di Ende, Tempat Sukarno Merumuskan Pancasila

1 day ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Ende di Flores, Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai salah satu tempat pengasingan Sukarno oleh pemerintah kolonial Belanda pada 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Belanda sengaja mengasingkan Sukarno ke kota itu agar terpisah jauh dari sahabat dan pendukungnya, sementara tahanan politik lainnya di masa itu diasingkan ke Boven Digoel.

Masa pengasingan itu ternyata justru memberi banyak waktu bagi Sukarno untuk merenung. Selama lebih dari empat tahun di kota itu, Sukarno menghabiskan banyak waktu di sebuah taman yang tak jauh rumah pengasingannya hingga menghasilkan rumusan Pancasila. Rumusan itu kemudian dikemukakan Sukarno pada 1 Juni 1945 sebagai konsep dasar negara Indonesia. Itu sebabnya, Ende juga disebut sebagai Bumi Pancasila dan 1 Juni dijadikan Hari Lahir Pancasila

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jejak Sukarno di kota itu menjadi tempat wisata yang menarik banyak wisatawan. Selain tapak tilas pengasingan presiden pertama Indonesia, ada juga beberapa objek wisata menarik di Ende. Apa saja? 

1. Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Kampung Ambugaga itu, 2,6 kilometer dari Bandara H Hasan Aroeboesman. Dilansir dari Antara, rumah pengasingan tersebut merupakan milik Haji Abdullah Ambuwaru yang dipinjamkan ke Bung Karno saat masa pengasingan.

Dibangun pada 1927, rumah itu memiliki tiga kamar yang masih terawat dengan baik hingga kini. Bung Karno membawa serta istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi; dan anak angkatnya, Ratna Juami, saat diasingkan. Satu kamar digunakan untuk Bung Karno dan istri, dan satu kamar lagi digunakan Ibu Amsi dan Ratna Juami. Satu kamar lagi terletak terpisah di belakang rumah, digunakan Bung Karno untuk beribadah dan semedi.

Di dalam rumah yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berperingkat nasional dengan Surat Keputusan Nomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014 tersebut, pengunjung dapat menjumpai sejumlah barang koleksi, di antaranya biola yang biasa digunakan Bung Karno. Ada juga kursi dan meja tamu, surat keterangan nikah, tongkat Bung Karno, hingga tempat tidur yang digunakan selama masa pengasingan. Bahkan beberapa karya lukis Bung Karno pun masih dipajang di dinding rumah. Selain itu, juga dapat dijumpai dua tongkat kayu yang digunakan Bung Karno di rumah pengasingan tersebut. 

Saat menjabat sebagai presiden, Sukarno pernah berkunjung ke rumah pengasingannya dan menyatakan keinginannya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum. Pada 1954, rumah tersebut diresmikan sebagai Rumah Museum. 

2. Taman Renungan Bung Karno

Taman tempat Sukarno merenung selama masa pengasingan kini dinamai Taman Renungan Bung Karno. Di taman ini, Bung Karno biasanya berteduh di bawah pohon sukun bercabang lima. Dari sana, terlihat laut yang menghubungkan Pulau Flores dan Pulau Ende.

Di bawah pohon tersebut terdapat tulisan Bung Karno, “Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasil."

Pohon sukun yang ada saat ini bukan pohon sukun yang asli ketika Soekarno diasingkan. Pohon sukun masa pengasingan Soekarno sudah tumbang sekitar tahun 1960 dan ditanam pohon sukun baru pada 1981.

3. Danau Kelimutu 

Danau Kelimutu di Woloara dikenal dengan tiga kawahnya yang memiliki warna berbeda-beda. Warna danau ini dapat berubah-ubah, dari hijau menjadi biru, hitam, ataupun merah. Masyarakat yang mendiami kaki Gunung Kelimutu meyakini bahwa perubahan warna danau membawa pesan tertentu.

Namun, perubahan warna itu sesungguhnya terjadi karena pengaruh mekanisme vulkanis, yang mendesak gas-gas di dalam Bumi hingga keluar ke permukaan. Gas itu bereaksi dan bercampur di danau dan menyebabkan perubahan warna air danau. Perubahan warna ini tidak mempunyai pola yang jelas, tergantung aktivitas vulkanik yang terjadi. 

4. Desa Adat Wologai

Desa Wologai yang berada di dekat Taman Nasional Kelimutu menawarkan rumah-rumah tradisional. Sebagian besar penduduk, yang berprofesi sebagai petani kebun, menghasilkan kopi, beras, dan kemiri, yang sering dijemur di depan rumah adat. Kampung ini terkenal sebagai penghasil kopi dengan merek Kopi Wologai. Pengunjung bisa belajar tentang budaya karena masyarakat Wologai masih mempertahankan tradisinya. 

5. Pantai Batu Biru 

Seperti namanya, pantai ini memiliki bebatuan dengan warna kebiruan di atas pasirnya. Batu-batu kebiruan ini berbentuk bulat dan halus, menambah keindahan pemandangan pantai. Pantai yang terletak di Penggajawa, Kecamatan Nangapanda ini juga memiliki air yang jernih dan bersih. Berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Ende, pantai ini menjadi salah satu tempat yang sempurna untuk liburan bersama keluarga. 

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |