TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan Universitas Harvard untuk membatasi jumlah mahasiswa asing hingga sekitar 15 persen dari total mahasiswa yang diterima setiap tahun akademik.
Dengan mengklaim beberapa mahasiswa asing "sangat radikal" dan "pembuat onar," Trump memperbarui tekanannya pada Harvard untuk menunjukkan daftar mahasiswa kelahiran luar negeri dan negara asal mereka kepada pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya pikir mereka harus memiliki batasan mungkin sekitar 15 persen. Ada orang-orang (yang) ingin pergi ke Harvard dan sekolah-sekolah lain, (tetapi) mereka tidak dapat masuk karena ada mahasiswa asing di sana," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu seperti dilansir Kyodo dan dikutip Antara.
"Saya ingin memastikan bahwa mahasiswa asing adalah orang-orang yang dapat mencintai negara kita. Banyak dari mahasiswa tersebut adalah pembuat onar yang disebabkan oleh kaum kiri radikal yang gila di negara ini," ujarnya.
Harvard menerima 6.793 mahasiswa internasional pada tahun ajaran 2024-2025, yang mencakup 27,2 persen dari total penerimaan mahasiswa, menurut universitas elit tersebut.
Di antara negara-negara Asia, Cina mendominasi jumlah mahasiswa dan akademisi di Harvard dengan sekitar 2.100 mahasiswa, disusul India dengan 790 mahasiswa, Korea Selatan dengan 430 mahasiswa, Jepang 260 mahasiswa dan 150 siswa dari Singapura.
Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas oleh pemerintahannya terhadap Harvard, yang menginginkan perubahan pada kebijakan universitas seperti yang berkaitan dengan penerimaan dan perekrutan. Ini di tengah tuduhan bahwa lingkungan akademisnya bersifat antisemit dan terlalu liberal.
Pemerintah Trump telah memperketat penyaringan untuk mahasiswa asing, dengan alasan bahwa beberapa pelamar dapat mengancam keamanan nasional.
Pemerintah juga mengecam Harvard dan universitas-universitas terkemuka lainnya di AS karena gagal mencegah demonstrasi anti-Israel atas dugaan pelanggaran terhadap warga sipil selama perang dengan Hamas di Jalur Gaza.
Karena alasan tersebut, pemerintahan Trump menghentikan sementara penjadwalan wawancara visa pelajar asing di semua misi diplomatik AS mulai Selasa, sehingga mengaburkan harapan banyak orang yang bercita-cita untuk belajar di Amerika Serikat.