TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Kerja Departemen Pelayanan Kesehatan Usia Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Ari Setyaningrum mengajak masyarakat untuk melakukan peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif di usia lanjut. “Kementerian Kesehatan memiliki program Kesehatan Lanjut Usia, yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia agar tidak hanya berumur panjang, tetapi juga tetap sehat, mandiri, dan aktif berkegiatan,” ujar Ari di Jakarta, Rabu 28 mei 2025.
Ia merujuk pada hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang mencatat sekitar 1,2 persen lansia berusia 60–69 tahun mengalami peningkatan tingkat ketergantungan. Ketergantungan ini ditandai dengan penurunan aktivitas harian hingga kondisi tirah baring yang berisiko memicu komplikasi seperti luka dekubitus. “Lansia yang mengalami ketergantungan berat seperti tirah baring sangat rentan terhadap luka dekubitus. Ini menjadi tantangan serius yang harus diprioritaskan,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luka dekubitus atau pressure injury merupakan luka pada kulit dan jaringan di bawahnya yang umumnya muncul di area yang mengalami tekanan terus-menerus seperti tumit, sakrum, siku, hingga bagian belakang kepala (oksipital). Luka ini kerap disebabkan oleh tekanan, gesekan, dan kelembaban berlebih pada kulit.
Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rinadewi Astriningrum menyampaikan luka dekubitus bisa dicegah dengan menjaga kebersihan kulit, meningkatkan aktivitas fisik lansia, serta memastikan asupan nutrisi yang optimal. “Luka ini bisa dicegah dengan perawatan kulit yang baik, terutama di area yang rentan mengalami luka. Nutrisi juga harus diperhatikan agar proses penyembuhan berjalan maksimal,” ujar Rinadewi.
Ia menambahkan luka dekubitus juga berdampak pada kualitas tidur lansia karena menimbulkan rasa tidak nyaman, yang pada akhirnya bisa mengganggu pola tidur dan memicu penyakit penyerta lainnya seperti hipertensi dan diabetes.
Sementara itu, Dokter Spesialis Neurologi Dinda Larastika Riyanto menekankan pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas bagi lansia guna menjaga stabilitas kondisi kesehatan secara menyeluruh. “Gangguan tidur pada lansia dapat memicu tekanan darah tinggi, gula darah tak terkontrol, bahkan risiko serangan jantung. Karena itu, jam tidur yang sehat sangat penting,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan turut melakukan edukasi kepada masyarakat, khususnya keluarga dan pendamping lansia, mengenai pentingnya perawatan dan pencegahan komplikasi lansia. “Kami memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan, caregiver, maupun keluarga pendamping lansia, sebagai bagian dari upaya menjaga produktivitas dan kemandirian lansia,” kata Ari.
Indonesia kini menghadapi tantangan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia), seiring dengan tren aging population. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah lansia mencapai 12 persen dari total populasi atau sekitar 29 juta jiwa.
Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan yang lebih komprehensif guna memastikan para lansia tetap sehat, mandiri, dan aktif dalam keseharian.
Dalam kesempatan itu, PT Uni-Charm Indonesia Tbk memperkenalkan inovasi produk popok lansia dengan material 100 persen breathable atau memiliki sirkulasi udara, untuk membantu mencegah luka dekubitus dan meningkatkan kualitas tidur lansia.
Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk Takumi Terakawa mengatakan, produk Lifree tipe perekat terbaru hadir sebagai solusi atas masalah gangguan tidur akibat luka dekubitus. “Popok ini dirancang dengan sirkulasi udara yang optimal, sehingga mengurangi kelembaban dan menekan risiko luka dekubitus. Kami berharap ini dapat membantu lansia tidur lebih nyaman dan nyenyak,” ujar Takumi.