TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa hal yang dikhawatirkan wisatawan saat liburan ke luar negeri. Mulai dari ketinggalan pesawat, kehilangan paspor, barang bawaan atau menjadi korban pencopetan. Namun menurut survei yang dilakukan Norton, masalah kesehatan menduduki peringkat teratas dalam daftar kekhawatiran saat berada di luar negeri, disusul pencurian.
Penelitan yang dilakukan dengan metode survei terhadap 2.000 wisatawan juga menemukan sebanyak 27 persen wisatawan takut tersesat, 25 persen khawatir tentang akomodasi yang tidak aman. Sementara hanya 8 persen yang khawatir ancaman digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melissa Voeller seorang advokat keamanan siber untuk Norton, yang menugaskan penelitian tersebut, mengatakan saat berpergian hanya fokus pada keamanan fisik, padahal ancaman digital tidak pernah berhenti. "Dari risiko Wi-Fi publik hingga penipuan phishing yang disamarkan sebagai konfirmasi hotel, penjahat siber menargetkan wisatawan saat kewaspadaan mereka sedang menurun," ujarnya seperti dilansir dari Express.
Risiko jaringan Wi-Fi publik
Terkait ancaman digital, penelitian itu juga menunjukkan bahwa 23 persen mengaku tidak mengetahui risiko dan cara melindingi privasi online. Sebanyak 14 persen tidak yakin akan risiko yang terkait dengan koneksi ke jaringan Wi-Fi yang tidak aman, termasuk ancaman seperti malware.
Di antara mereka yang terhubung ke Wi-Fi saat berada di luar negeri, 14 persen telah menemukan pop-up yang mencurigakan, 9 persen telah menerima peringatan pelanggaran data, dan 8 persen telah mengalami penipuan atau kecurangan daring. Aktivitas yang paling umum dilakukan oleh saat menggunakan WiFi termasuk perbankan daring, berbelanja dengan kartu kredit, menonton TV atau mendengarkan musik, dan memeriksa email kantor.
Melissa mengingatkan bahwa melakukan hal tersebut dapat menimbulkan risiko serius. Meski Wi-Fi publik dipakai saat ingin memeriksa peta atau memposting ke media sosial, juga bisa menjadi hotspot bagi penjahat dunia maya. "Masuk ke aplikasi perbankan atau memasukkan informasi pribadi pada koneksi yang tidak aman di luar negeri bisa sama berisikonya dengan kehilangan dompet," ujarnya.
Sementara menurut data OnePoll.com, saat mendapatkan akses WiFi selama perjalanan mereka, 45 persen telah memberikan alamat email mereka, 30 persen telah memasukkan nama depan dan belakang mereka, dan 28 persen bahkan telah mengungkapkan nomor kamar hotel mereka.
"Beberapa klik di tempat yang salah dapat memberi peretas akses ke segala hal, mulai dari email hingga detail perbankan, sehingga membuat Anda lebih rentan terhadap ancaman," ujar Melissa.
Menggunakan VPN
Salah satu cara untuk menjaga privasi online, terutama saat bepergian, adalah dengan menggunakan Jaringan Pribadi Virtual (VPN). Terutama yang kerap memanfaatkan jaringan Wi-Fi publik, karena memudahkan penjahat online menyadap data dan sebagainya. Hindari melakukan aktvitas sensitif saat menggunakan Wi-Fi publik seperti perbankan atau akun pribadi.
VPN mengenkripsi data, sehingga lebih sulit bagi siapa pun untuk menyadap dan membacanya, seperti dilansir dari Travel Sentry. Penggunaan VPN sangat penting terutama saat menggunakan jaringan Wi-Fi publik. VPN menyediakan lapisan keamanan ekstra, membantu menjaga privasi dan keamanan aktivitas online Anda
Selalu berhati-hati saat menggunakan Wi-Fi publik. Hindari melakukan aktivitas sensitif, seperti perbankan daring atau mengakses akun pribadi, di jaringan ini.