CANTIKA.COM, Jakarta - Banyak perempuan merasakan perubahan besar pada tubuh, pikiran, hingga hubungan dengan pasangan setelah melahirkan. Salah satu keluhan yang paling sering muncul adalah menurunnya hasrat seksual. Meski umum terjadi, kondisi ini sering kali tidak dibicarakan secara terbukabahkan dianggap “wajar saja” karena fokus ibu berubah sepenuhnya pada bayi.
dr. Dimas Tri Prasetyo, SpU, MRes, Dokter Spesialis Bedah Urologi dan Praktisi Kesehatan Seksual sekaligus Pendiri Elysium Clinic, menjelaskan bahwa penurunan libido pascapersalinan bukan sekadar soal kelelahan atau perubahan berat badan. Faktor biologis, psikologis, hingga kondisi lingkungan rumah tangga dapat saling memengaruhi.
Menurut dr. Dimas, tubuh perempuan mengalami transformasi besar setelah proses kehamilan dan melahirkan. “Setelah melahirkan, struktur di area ini berubah total. Tidak akan sama seperti sebelum melahirkan,” jelasnya saat ditemui di pembukaan Elysium Clinic di Pakubuwono, Jakarta Selatan, Selasa, 9 Desember 2025.
Perubahan anatomi tersebut dapat memengaruhi sensasi seksual, respons tubuh terhadap rangsangan, hingga kenyamanan saat berhubungan intim. Hal-hal seperti robekan, jahitan, trauma fisik, hingga perubahan hormon membuat tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.
Dari sisi hormonal, penurunan estrogen setelah melahirkan dapat menyebabkan vagina lebih kering, sehingga hubungan seksual terasa kurang nyaman. Kondisi ini dapat berujung pada rasa sakit saat penetrasi dan kesulitan mencapai orgasme.
Lebih jauh, dr. Dimas menekankan bahwa penurunan hasrat seksual adalah bagian dari gangguan fungsi seksual pascapersalinan yang bersifat multifaktor. “Yang harus kita aware adalah jalannya penurunan libido itu apa. Setelah melahirkan, banyak perempuan sulit lagi menjalani hubungan dengan suaminya."
Banyak pasien yang datang padanya mengaku mulai menghindari hubungan intim. Bukan hanya karena tubuh belum siap, tetapi juga karena tekanan emosional dan kelelahan mengurus bayi.
Kehidupan Rumah Tangga yang Ikut Berubah
Setelah bayi hadir, rutinitas pasangan berubah drastis. Salah satu faktor besar yang sering diremehkan: tidur satu kamar dengan anak. "Anaknya juga tidur di kamar yang sama. Itu sering jadi faktor. Istrinya jadi makin tidak ingin berhubungan," ujar dr. Dimas.
Situasi ini kerap menimbulkan kecanggungan hingga mengurangi spontanitas. Bahkan, bagi sebagian pasangan, hubungan intim harus menunggu bayi benar-benar tidur, menekan waktu dan suasana yang ideal. “Pernah, begitu sedang berhubungan seksual, anaknya kebangun. Dia langsung loyo. Setelah itu dia stres, dan berikutnya jadi semakin sulit.”
Pengalaman-pengalaman seperti ini menambah beban mental bagi suami dan istri. Pasangan laki-laki dapat merasa tertekan karena jarang berhubungan, sementara perempuan merasa bersalah dan semakin stres karena libidonya menurun.
Selain menurunnya hasrat, banyak perempuan mengalami lubrikasi yang berkurang pascapersalinan, terutama saat menyusui. “Lubrikasinya berkurang, sehingga saat berhubungan terasa sakit. Karena jadi keset, sakit, dan sulit mencapai orgasme,” jelas dr. Dimas.
Nyeri saat berhubungan (dyspareunia) akhirnya membuat perempuan semakin enggan berhubungan intim. Padahal rasa sakit tersebut bukanlah sesuatu yang harus dinormalisasi karena dapat ditangani dengan pendekatan medis dan terapi seksual yang tepat.
Dampak Emosional untuk Kedua Pasangan
Penurunan libido bukan hanya berdampak pada perempuan, tetapi juga memengaruhi hubungan pasangan secara keseluruhan. “Ekspresi istri saat hubungan tidak enjoy, suaminya melihat itu dan ikut affected. Itu bisa memengaruhi hubungan mereka,” ungkap dr. Dimas.
Banyak perempuan akhirnya melakukan hubungan intim “karena diminta”, bukan karena keinginan yang tulus. Hal ini bisa memicu konflik, frustrasi, hingga jarak emosional dalam rumah tangga.
Pilihan Editor: Benarkah Musim Hujan Berpengaruh pada Hasrat Seksual?
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.
